Koneksi Antar Materi Modul 3.2 PGP

 PEMIMPIN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA

Harisal, S.Si
CGP Kabupaten Gowa


Sekolah sebagai sebuah ekosistem

Sekolah sebagai sebuah ekosistem adalah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) seperti murid, kepala sekolah, guru, staf/tenaga kependidikan, pengawas sekolah, orang tua dan masyarakat sekitar sekolah dengan faktor abiotik (unsur yang tak hidup) seperti keuangan serta sarana dan prasarana sebuah teritorial atau lingkungan tertentu. Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis.



Pendekatan Pengelolaan Sumber Daya

Untuk mengelola sumber daya yang dimiliki sekolah maka terdapat dua pendekatan yang dapat dilkakukan yakni :

  1. Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking)  akan memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja.  Segala sesuatunya akan dilihat dengan cara pandang negatif.
  2. Pendekatan  berbasis aset (Asset-Based Thinking) adalah sebuah cara praktis untuk menemu kenali hal-hal yang positif dalam kehidupan dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir dimana seseorang diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif


Aset-Aset dalam Sebuah Komunitas

Menurut Green dan Haines (2002) dalam Asset building and community development, ada 7 aset utama atau di dalam buku ini disebut sebagai modal utama, yaitu:

  1. Modal Manusia
  2. Modal Sosial
  3. Modal Fisik
  4. Modal Lingkungan/Alam
  5. Modal Finansial
  6. Modal Politik
  7. Modal agama dan budaya


Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

Peranan  pemimpin sangat esensial dalam melihat potensi dan menggerakkan sumber daya yang dimiliki. Substansi kepemimpinan adalah pengaruh, orang yang piawai memengaruhi orang lain atau komunitas sekolah, sejatinya adalah pemimpin di komunitas tersebut. Seorang guru adalah pemimpin dihadapan peserta didiknya karena ia adalah sosok yang  berpengaruh dihadapan peserta didiknya. Seorang guru penggerak setidaknya harus memiliki beberapa kompetensi yang melekat dalam dirinya, di antaranya adalah memimpin dalam pengembangan sekolah, untuk memimpin dalam pengembangan sekolah tentu seorang guru penggerak harus jeli meilhat potensi yang ada di sekolah tersebut untuk di Kelola dengan baik berdasarkan pendekatan  berbasis aset (Asset-Based Thinking)

Pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas. Hal ini terkait dengan interaksi dan lingkungan, dimana keduanya sangat berperan penting dalam terciptanya proses pembelajaran yang efektif. Selain itu, kebutuhan murid dalam proses pembelajaran harus kita perhatikan agar tercipta lingkungan pembelajaran yang menyenangkan. Sebagai seorang pendidik, kita harus melibatkan murid dalam menentukan atmosfer seperti apa yang harus diciptakan dalam pembelajaran. Dapat kita mulai dengan melakukan pendekatan kepada murid. Melalui pendekatan ini kita dapat menggali harapan murid dalam pembelajaran nantinya, serta potensi dan minat yang dimiliki murid. Sehingga akan didapatkan titik temu dari harapan yang dimiliki murid dengan visi kita dalam mengembangkan sumber daya sekolah yang dapat membantu proses pembelajaran menjadi lebih berkualitas.



Contoh Pengelolaan Sumber Daya

Salah satu contoh pengelolaan sumber daya, misalnya terdapat sebuah sekolah modern yang memiliki asset berupa alat elektronik yang menunjang pembelajaran seperti laptop, speaker, LCD, jaringan internet serta guru dan murid yang melek tekhnologi dapat memanfaatkan asset yang dimiliki tersebut untuk menciptakan pembelajaran yang berbasis digital misalnya dengan membuat sebuah konsep pembelajaran berbasis hybrid learning, yakni suatu model pembelajaran yang menggabungkan pembelajaran offline dan pembelajaran online, dengan model pembelajaran tersebut maka guru dan siswa dapat mengeksplor lebih banyak lagi hal-hal yang belum pernah dipelajari sebelumnya, hal ini dapat memiliki dampak positif bagi peserta didik, namun tentu guru sebagai penuntun tetap harus mendampingi dan mengarahkan peserta didik dalam mengakses segala halnya.

Contoh lain pengelolaan sumber daya yakni sebuah sekolah yang terletak di pedesaan, internet sulit diakses serta memiliki sarana dan prasana yang seadanya, namun kelebihan sekolah tersebut memiliki kondisi alam yang sungguh menakjubkan dimana terdapat banyak tanaman di sekitar sekolah, sebagai pemimpin dalam pengelolaan sumber daya maka dapat memanfaatkan kondisi alam tersebut sebagai suatu asset yang dapat berdampak bagi anak misalnya dengan sering-sering mengajak anak belajar di luar kelas dan melihat langsung tanaman tersebut kemudian mengintegrasikan dengan pembelajaran yang sedang dilaksanakan. Ada banyak pelajaran yang dapat tersampaikan dengan kondisi alam yang dimiliki sekolah tersebut tergantung bagaimana guru mengelola dan meramu pembelajaran yang dilakukan sehingga betul-betul dirasakan manfaatnya oleh siswa.























Koneksi Antar Materi

Materi pemimpin dalam pengelolaan sumber daya memiliki kaitan erat dengan konsep filosofi yang dikemukakan Ki Hajar Dewantara. Dimana di dalam konsep tersebut dijelaskan tentang tujuan pendidikan yang menuntun kodrat yang ada pada anak, yaitu kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam dan kodrat zaman inilah yang merupakan sumber daya yang harus dikembangkan dalam rangka menciptakan pembelajaran yang lebih berkualitas dan berhamba atau berpihak pada murid.

Untuk menciptakan program pembelajaran yang berpihak pada murid, tentu nilai dan peran guru penggerak menjadi sesuatu yang sangat penting sebagai agen perubahan dan pemimpin pembelajaran. program-program yang dibuat harus tertuang dalam visi misi dengan memperhatikan asset yang dimiliki sekolah  atau 7 modal utama sekolah dengan menggunakan tahapan BAGJA dalam perumusan programnya. Dalam mengelola sumber daya yang ada di sekolah seorang guru harus memanfaatkan asset yang dimiliki untuk membangun budaya positif yang mempengaruhi karakter peserta didik.

Keberpihakan pada murid menjadi kunci dari setiap pengelolaan sumber daya yang dimiliki, sebagai pemimpin dalam pengelolaan sumber daya, maka seorang guru harus mampu mengakomodasi kebutuhan belajar murid yang beragam dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi yang terintegrasi dengan pembelajaran sosial emosional dengan memanfaatkan modal manusia, sosial, fisik dan lingkungan/alam.

Hal yang tatkala penting dikuasai oleh seorang pemimpin, khususnya dalam memimpin pengelolaan sumber daya yakni pengambilan keputusan, sebagai pemimpin tentu harus memiliki pertimbangan yang kuat sebelum memutuskan sesuatu agar keputusan yang diperoleh merupakan keputusan yang terbaik, oleh karenanya penting bagi pemimpin mempelajari 9 langkah pengambilan keputusan. Pengelolaan sumber daya akan memiliki dampak yang baik apabila sumber daya yang dikelola memiliki kualitas yang baik, maka tugas pemimpin bukan hanya mampu memaksikmalkan penggunaan sumber daya tapi juga meningkatkan kualitas dari sumber daya yang dimiliki khususnya asset atau modal manusia, modal manusia rentang berubah-ubah karena dipengaruhi oleh lingkungan baik eksternal maupun internal oleh karenanya sebagai pemimpin penting untuk menguasai praktek coaching agar jika terjadi masalah maka pemimpin dapat membantu rekan yang lainnya untuk memaksimalkan potensi dirinya dalam menyelesaikan sendiri masalahnya.




    Refleksi

Modul 3.2 pendidikan guru penggerak tentang pengelolaan sumber daya memberikan banyak pemahaman bagi saya terkait pengelolaan sebuah asset sekolah, sebagai pemimpin pembelajaran tentu harus berpikir berbasis asset dalam melihat sumber daya yang ada dilingkungan sekolah dan tidak selalu pesimis dengan segala keterbatasan yang dimiliki oleh sekolah.

Sebelum mempelajari modul 3.2 ini, saya selalu berpikir bahwa program yang baik hanya bisa terlaksana jika semua asset yang dibutuhkan tersebut ada, jika belum maka program yang akan direncanakan sebaiknya diganti dan disesuaikan dengan asset yang ada sehingga hal tersebut akan menghambat sekolah dalam membuat program-program yang berdampak pada murid dan program-program yang dibuat pun akan terbatasi dengan asset sekolah yang dimiliki. Setelah mempelajari modul 3.2 ini, pemikiran saya berubah bahwa untuk menciptakan program kita bisa memanfaatkan seluruh asset yang ada di sekitar sekolah, memaksimalkan potensi asset yang dimiliki menjadi hal yang penting untuk mendukung sebuah sekolah, modal-modal utama yang dimiliki menjadi motor penggerak dalam meramu program dengan tidak hanya berfokus pada sarana dan prasana yang dimilki tapi keseluruhan potensi yang dimiliki di sekolah bahkan disekitar lingkungan sekolah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Koneksi Antar Materi Modul 2.2 Pendidikan Guru Penggerak

Koneksi Antar Materi Modul 3.1 PGP

MENCIPTAKAN BUDAYA POSITIF MELALUI PENGUATAN KARAKTER PADA KEGIATAN APERSEPSI DAN KESEPAKATAN KELAS SEBAGAI SELF CONTROL PESERTA DIDIK