MENCIPTAKAN BUDAYA POSITIF MELALUI PENGUATAN KARAKTER PADA KEGIATAN APERSEPSI DAN KESEPAKATAN KELAS SEBAGAI SELF CONTROL PESERTA DIDIK
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu unsur
yang dapat menciptakan kemajuan peradaban dan peningkatan kualitas hidup suatu
bangsa. Dalam penyelenggaraan pendidikan, faktor pembentukan karakter dan
kecakapan hidup merupakan hal yang perlu diperhatikan. Beberapa kenyataan
berkenaan dengan rendahnya karakter pada peserta didik diantaranya sebagai
berikut : (1) Rendahnya tingkat kejujuran peserta didik, yang dibuktikan dengan
adanya budaya nyontek pada saat setiap momen tes (ujian); (2) Menurunnya etika
dalam bersikap dan rasa hormat kepada pihak yang lebih tua, orang tua dan guru;
(3) Menurunnya etika dalam menggunakan bahasa yang sopan dan santun; (4) Meningkatnya
kasus perkelahian dan kriminal yang dilakukan oleh peserta didik pada tingkat
satuan pendidikan dasar dan menengah; (5) Meningkatnya kasus kenakalan remaja
(berupa kasus perkelahian, narkoba dan kasus seksual) yang sebagian besar
dilakukan oleh peserta didik yang berumur remaja. Permasalahan tersebut,
merupakan sebagaian dari beberapa permasalahan yang ditemukan dan peningkatan
kearah negatif juga lebih kecil dibandingkan dengan peningkatan nilai positif,
tetapi kenyataan tersebut, cukup memberikan informasi tentang rendahnya
karakter peserta didik dan meningkatkan kekhawatiran terhadap perkembangan
karakter, watak serta akhlaq peserta didik.
Mutu proses pembelajaran menjadi
objek tuduhan pertama terhadap rendahnya karakter peserta didik dan dianggap sebagai
kegagalan sekolah dalam menciptakan budaya positif yang berdampak bagi peserta
didik. Ada hubungan yang dekat antara perilaku anak dengan gaya pembelajaran
guru dan nilai-nilai budaya yang dibentuk di sekolah. Kemampuan mengendalikan
diri self control merupakan hasil belajar, yang berhubungan dengan
proses pendidikan dan dilatarbelakangi oleh kultur dimana pendidikan tersebut
berlangsung. Mengajar dan mendidik berarti juga menanamkan nilai-nilai tertentu
pada anak, sehingga nilai budaya yang terbangun memberikan warna terhadap hasil
belajar atau perilaku anak termasuk di dalamnya kemampuan kontrol diri.
Menciptakan budaya positif pada
peserta didik bukanlah suatu yang instan karena karakter hanya dapat terbentuk
jika kebiasaan-kebiasaan yang baik di lakukan secara terus menerus dalam kurun
waktu yang tidak bisa ditentukan. Guru sebagai seseorang yang memilki peran
penting dalam pembentukan karakter tentu
harus memikirkan langkah-langkah yang dapat dilakukan agar penanaman
nilai-nalai karakter pada diri seorang anak dapat terwujud. Guru tidak hanya
berfungsi sebagai transfer of knowledge tapi juga transfer of values atau
mentrasfer nilai-nilai kebaikan olehnya itu guru harus mencari strategi agar
kedua hal tersebut dapat tersampaikan ke peserta didik salah satu langkah yang
dapat dilakukan oleh guru yakni dengan menyisipkan beberapa menit diawal
pembelajaran pada kegiatan apersepsi untuk memberikan penguatan karakter
peserta didik, dengan kegiatan rutin ini maka peserta didik akan lebih banyak
memahami karakter-karakter yang perlu dikembangkan dan yang harus dihindari.
Karakter dan budaya positif tidak
dapat terbentuk jika hanya berupa penguatatan oleh guru, maka guru perlu
membangun kesepakatan dengan peserta didik terkait dengan budaya-budaya positif
yang dapat dikembangkan di dalam kelas, dimana pada kesepakatan kelas tersebut
peserta didik diberi kebebasan dalam menuliskan hal-hal baik yang perlu
dikembangkan di dalam kelas agar pembelajaran dapat berjalan kondusif. Dalam
kesepakatan kelas tersebut peserta didik juga memberi konsekweksi atas setiap
tindakan yang dilakukan sebagai self control saat melakukan sesuatu.
Berdasarkan hal-hal yang penulis uraikan diatas, maka pada artikel ini, penulis akan membahas terkait menciptakan budaya positif melalui penguatan karakter pada kegiatan apersepsi dan kesepakatan kelas sebagai self control peserta didik sebagai suatu upaya dan langkah dalam menciptakan peserta didik yang berkarakter, beretika dan berwawasan global.
B. Deskripsi Aksi Nyata
Langkah aksi nyata yang penulis lakukan untuk menciptakan budaya positif di sekolah khususnya di dalam penguatan karakter diantaranya
Keteladanan diri seorang guru
Keteladanan merupakan suatu hal pokok yang perlu diperhatikan oleh lembaga pendidikan dalam melaksanakan proses pembelajaran. Dari keteladanan yang ditularkan oleh tenaga pendidik tersebut akan membawa pengaruh baik kepada para peserta didik, karena naluri alami seorang murid adalah meniru perilaku yang dicontohkan oleh gurunya. Perilaku yang ditunjukkan seorang guru diamati dan ditiru oleh muridnya, bahkan seringkali murid tersebut memodifikasi apa yang mereka lihat untuk diaplikasikan kedalam versi mereka sendiri. Jika seorang guru memberikan teladan yang baik dalam mengajar dan berperilaku sehari-hari tentu akan membawa dampak positif dalam kehidupan muridnya di masa yang akan datang. Keteladan yang ditampilkan oleh penulis dalam membangun karakter peserta didik diantaranya : (a) Ontime hadir pada kegiatan pembelajaran. (b) Menegur dengan kalimat yang sopan, senantiasa mengkomunikasikan segala sesuatu (c) Tidak langsung menjudge sesuatu dengan cepat tanpa adanya komunikasi. (d) Bijak dalam melihat kondisi peserta didik, bersedia menerima kritikan dan masukan dari peserta didik terkait proses pembelajaran yang dilakukan.
Deteksi awal minat belajar dan karakter serta membangun kesepakatan kelas
Keberagaman karakter peserta didik tentu menjadi suatu hal yang perlu diketahui oleh seorang guru agar dalam menyusun langkah-langkah penguatan karakter dan strartegi pembelajaran dapat mengerti treatmen apa yang harus diberikan kepada peserta didik. Salah satu yang harus dilakukan oleh seorang guru yakni melakukan deteksi awal minat belajar dan karakter peserta didik. Deteksi awal adalah suatu upaya mengetahui kondisi awal peserta didik untuk menentukan langkah-langkah yang selanjutnya dapat dilakukan. Bagi penulis, untuk mengetahui kondisi awal peserta didik maka sebelum pembelajaran dilakukan ada baiknya diberikan beberapa pertanyaan yang dapat menjadi pemandu untuk memahami kondisi riil peserta didik, pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat disematkan dalam google form, pertanyaan-pertanyaan yang diberikan harus dapat menjadi rujukan untuk memetakan kondisi awal peserta didik baik karakter maupun kognitifnya.
Dalam membangun karakter peserta didik salah satu hal yang juga penting untuk ditumbuhkan yakni self control atau kontrol diri. Kontrol diri diartikan sebagai kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa ke arah konsekuensi positif. Kontrol diri merupakan salah satu potensi yang dapat dikembangkan dan digunakan individu selama proses dalam kehidupan, termasuk dalam menghadapi kondisi yang terdapat dilingkungan sekitarnya khususnya sekolah. Kontrol diri hanya dapat tercipta jika peserta didik memiliki sarana yang mampu mengingatkan atas setiap tindakan yang dilakukan, salah satu sarana yang dapat digunakan yakni dengan menciptakan kesepakatan kelas, yakni sebuah kesepakatan yang dibuat oleh peserta didik terkait hal-hal yang menjadi batasan dalam bentindak dalam kelas serta mengembangangkan budaya-budaya positif yang dapat menciptakan suasana kondusif di dalam kelas.
Langkah-langkah dalam menciptakan kesepakatan kelas yakni, Pertama, guru melakukan diskusi kepada peserta didik terkait budaya-budaya yang baik yang dapat dikembangkan disekolah . Kedua, memberi kesempatan peserta didik untuk mengemukakan pendapatkannya terkait dengan budaya-budaya baik di lingkungan sekitarnya. Ketiga, guru mengarahkan peserta didik untuk membuat kesepakatan kelas dalam mewujudkan budaya-budaya positif di kelas. Keempat, peserta didik mengisi harapan terkait kondisi kelas impian mereka melalui google form yang telah dibuat. Kelima, Ambil kesimpulan dari ide siswa. Keenam, Ubah ide menjadi kesepakatan kelas. Ketujuh, tandatangani kontrak kesepakatan atau dalam bentuk menuliskan nama saja. Terakhir, lihat bersama kontrak kesepakatan.
Penguatan karakter pada kegiatan apersepsi
Dalam satu kali pertemuan pembelajaran ada tiga fase kegiatan yang harus dilakukan guru yaitu kegiatan, awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Pada kegiatan awal ada beberapa komponen yang harus dilaksanakan salah satunya adalah apersepsi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud apersepsi adalah pengamatan secara sadar (penghayatan) tentang segala sesuatu dalam jiwanya (dirinya) sendiri yang menjadi dasar perbandingan serta landasan untuk menerima ide-ide baru. Dari definisi ini kita dapat gambaran bahwa apersepsi sebenarnya adalah usaha yang dilakukan guru untuk mempersiapkan siswa secara fisik dan mental untuk menerima materi ajar pada hari itu. Kegiatan apersepsi bisa menjadi moment yang baik bagi guru untuk menguatkan karakter peserta didik, bagi penulis kegiatan apersepsi adalah kesempatan yang sering digunakan dalam memberi penguatan karakter bagi peserta didik, hal-hal yang biasanya penulis lakukan dalam kegiatan apersepsi yakni : (a) Menampilkan cerita sederhana terkait sebuah kasus yang didalamnya dapat diambil berbagai pelajaran baik. (b) Mengaitkan kondisi riil terkait kejadian-kejadian sekitar yang dapat dijadikan sebagai sebuah pelajaran bagi peserta didik. (c) Memberikan kesempatan kepada peserta didik dalam mengemukakan pendapatnya terkait sebuah peristiwa yang dikaitkan dengan nilai-nilai karakter didalamya. (d) Mengaitkan pelajaran yang telah dan akan dipelajari serta penguatan nilai-nilai karakter didalamya.
C. Hasil Aksi Nyata
Setelah penerapan aksi nyata budaya positif melalui penguatan karakter pada kegiatan apersepsi dan kesepakatan kelas sebagai self control peserta didik maka terdapat beberapa dampak positif dari hasil kegiatan tersebut baik bagi guru maupun bagi peserta didik, diantaranya :
Dampak atau perubahan bagi peserta didik yakni : (1) Pemahaman peserta didik lebih meningkat terkait prilaku yang baik dan yang harus dihindari. Hal tersebut dapat terwujud karena penguatan karakter senantiasa dilakukan secara kontinu di saat apersepsi dengan cara-cara yang lebih menarik dan pendekatan rill berbasis lingkungan sekitar sehingga peserta didik lebih mudah memahami setiap penguatan karakter yang diberikan oleh gurunya. (2) Kepekaan peserta didik di lingkungan sekitar mulai terbangun misalnnya saat melihat hal-hal yang tidak sepatutnya dilakukan teman-temannya, peserta didik yang lain menjadi rekan yang senantiasa mengingatkan. (3) Bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan serta mampu membangun cara berpikirnya dalam mengambil keputusan, misalnya saat melakukan prilaku yang kurang berkenan atau tindakan yang kurang baik maka peserta didik mempertanggung jawabkan tindakan tersebut sesuai dengan kesepakatan kelas yang telah dibuat atau ketika peserta didik dihadapkan pada sebuah pilihan oleh gurunya maka peserta didik harus mampu memutuskan konsekwensi dari prilaku yang telah dilakukan. (4) Kedisiplinan diri mulai terbangun sebagai akibat dari kesepakatan kelas yang telah dibuat, meskipun diawal penerapannya kedisiplinan masih terbangun atas dasar malu melakukan pelanggaran dihadapan teman-temannya tapi kedepan hal tersebut dapat menjadi self control bagi diri peserta didik bahwa kedisiplinan itu adalah suatu sikap yang memiliki nilai yang tinggi dalam membangun integritas diri. (5) Partisipasi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran meningkat khusunya dalam mengemukakan pendapat, peserta didik mulai berani mengemukakan pendapatnya sebagai akibat dari kebebasan atau kemerdekaan belajar yang diberikan, dengan slogan jangan malu bicara dan jangan malu salah.
Dampak atau perubahan bagi guru yakni : (1) Guru lebih memahami karakter peserta didik karena setiap saat melakukan observasi terkait perkembangan karakter baik sikap sosial maupun sikap spiritualnya. (2) Desain pembelajaran lebih terstuktur, sistematis dan terukur karena didalamnya setiap bagian memilki point-point yang ingin disampaikan ke peserta didik khusunya pada bagian apersepsi. (3) Khasanah keilmuan terkait model-model karakter lebih beragam karena setiap hari guru melakukan kajian literatur sebelum disampaikan ke peserta didik, hal ini juga menjadikan seorang guru lebih dewasa dalam melihat setiap prilaku yang ditampilkan oleh peserta didik dan penanganannya. (4) Pembelajaran lebih kondusif karena peserta didik sudah memahami karakter-karakter yang perlu ditampilkan selama proses pembelajaran serta konsekwensi dari setiap pelanggaran yang dilakukan melalui kesepakatan kelas yang telah dibuat.
D. Pembelajaran Yang Diperoleh Dari Kegiatan Aksi Nyata
Setiap tindakan perubahan khususnya
dalam membentuk budaya positif dalam lingkungan sekolah tidak dapat langsung
tercapai sesuai dengan ekspektasi awal, didalamnya terdapat berbagai tantangan
dalam proses pelaksanaanya baik berupa kegagalan-kegagalan maupun keberhasilan
yang akhirnya dapat diraih dalam pelaksanaan kegiatan tersebut. Pembentukan karakter
tidak hanya dapat terwujud dengan satu atau dua kali perlakuan kepada peserta
didik tapi perlu berkali-kali dan menjadi habbit dalam pelaksanaanya, olehnya itu
salah satu pembelajaran penting dalam kegiatan aksi nyata ini yakni jangan
pernah Lelah dan berhenti untuk menciptakan perubahan yang berdampak bagi
peserta didik dan warga sekolah, karena perubahan itu akan memberi dampak yang
baik jika pelaksanaanya dilakukan secara konsisten dan kontinu serta senantiasa
selalu merefleksi dari setiap kegiatan yang dilakukan.
Pada aksi nyata menciptakan budaya positif melalui penguatan karakter pada kegiatan apersepsi dan kesepakatan kelas sebagai self control peserta didik terdapat berbagai kegagalan dan juga keberhasilan dalam proses pelaksanaanya, diantaranya Kegagalan yang dialami selama pelaksanaan aksi nyata yakni : (1) Pada kegiatan pembelajaran daring kadang-kadang kegiatan apersepsi tidak dapat terlaksana pada pertemuan via vicon karena pengaruh jaringan yang kurang stabil sehingga tentu mempengaruhi penguatan karakter ke peserta didik sesuai perencanaan awal yang telah disusun. (2) Beberapa peserta didik tidak mengalami perubahan karakter karena dipengaruhi jarangnya bergabung dalam kegiatan vicon sehingga peserta didik tidak mendapatkan penguatan karakter dalam kegiatan apersepsi. (3) Konsekwensi yang diberikan pada peserta didik terhadap pelanggaran yang dilakukan kadang tidak dilaksanakan disebabkan kontroling hanya dilakukan melalui meet, sementara kesadaran beberapa peserta didik dan self control masih minim.
Keberhasilan yang diperoleh dalam pelaksanaan aksi nyata yakni : (1) Terlaksananya penguatan karakter peserta didik secara rutin pada kegiatan vicon melalui meet pada sesi apersepsi di setiap kegiatan pembelajaran. (2) Terbentuknya kesepekatan kelas sebagai kesepakatan kolektif dari seluruh peserta didik yang menjadi dasar pelaksanaan budaya positif dalam kelas. (3) Kepercayaan peserta didik dalam berkomunikasi dan menyampaikan gagasannya meningkat dalam proses pembelajaran. (4) Terpetakannya kondisi awal peserta didik melalui deteksi awal yang diberikan melalui gform sehinga guru lebih memahami kondisi peserta didik lebih awal.
E. Rencana Perbaikan
Beberapa kegagalan dalam proses pelaksanaan sebelumnya akan dibuatkan perencanaan Kembali melalui hasil evaluasi dan deteksi penyebab dari kegagalan tersebut. Untuk memperbaiki proses pelaksanaan maka langkah-langkah yang akan dilakukan yakni : (1) Membuat dua Rencana pelaksanaan pembelajaran untuk mengantisipasi kendala yang dihadapi dalam proses penguatan karakter peserta didik melalui kegiatan apersepsi serta melakukan pengecekan lebih awal terhadap semua perangkat yang akan digunakan khusunya gadget dalam pelaksanaan pembelajaran daring. (2) Melakukan komunikasi lebih intens ke orang tua peserta didik dan wali kelas terhadap keaktifan peserta didik dalam kelas dan jika memungkingkan guru melakukan home visit jika mendapati peserta didik yang tingkat kehadiran dan keaktifannya didalam kelas rendah. (3) Penguatan karakter akan dibuat dalam bentuk video agar peserta didik yang tidak hadir dalam sesi vicon dapat tetap mendapatkan penguatan karakter melalui video yang disematkan di LMS Moodle.
F. Dokumentasi Proses
Gambar 1 : Google Form kesepakatan kela
Gambar 2 : Hasil Google form yang diisi oleh peserta didik
Gambar 7 : Memberi stimulus peserta didik pada
kegiatan apersepsi dalam melihat fenomena di sekelilingnya
Gambar 8 : memberi kesempatan peserta didik dalam
menanggapi masalah yang sedang ditampilkan
Komentar
Posting Komentar