Catatan Liqo

“IKHLAS”

"Ikhlas itu seperti surah Al-Ikhlas, yang tidak ada kata ikhlas di dalamnya. Selama ikhlas masih terucap, itu berarti belum ikhlas karena hanya dia yang ikhlas, yang senantiasa berbuat tanpa pernah menyebut keikhlasannya."

 

Pengertian Ikhlas

Kata Ikhlas berasal dari kata “khalusa” yang berarti bersih, hilang campurannya, selamat (Al-Mu’jam Al-Wasith) secara Bahasa, ikhlas berarti meninggalkan riya’ (pamer)dalam suatu ketaatan. (At-Tarifat) secara istilah, Fudhail bin Iyadh mendefenisikan ikhlas dengan perkataanya :

“ Meninggalkan Amal karena (motivasi) manusia itu riya’, dan melakukan amal karena (motivasi) manusia itu syirik. Ikhlas adalah keadaan dimana engkau terlepas dari keduanya dan engkau tidak mencari saksi atas amalmu kepada selain Allah”. (At-Ta’rifat)

Abdul Qosim Al-Qursyairi mengatakan,

“Ikhlas adalah menjadikan niat hanya untuk Allah dalam melakukan amalan ketaatan .Jadi, amalan ketaatan tersebut dilakukan dalam rangka mendekatkan diri pada Allah. Sehingga yang dilakukan bukanlah ingin mendapatkan perlakuan baik dan pujian dari mahluk atau yang dilakukan bukanlah di luar mendekatkan diri pada Allah”.

 Ikhlas adalah membersihkan amalan dari komentar manusia . jika sedang melakukan suatu amalan maka hendaklah kita tidak bercita-cita ingin mendapatkan pujian mahluk. Cukuplah Allah saja yang memuji amalan kebajikan kita. Dan seharusnya yang dicari adalah ridho Allah, bukan komentar dan pujian manusia

Hudzaifah Al Mar’asiv mengatakan,

“Ikhlas adalah kesamaan perbuatan seorang hamba antara zhohir (lahiriyah) dan batin.” Berkebalikan dengan riya’. Riya’ adalah amalan zhohir (yang tampak)lebih baik dari amalan batin yang tidak ditampakkan. Sedangkan ikhlas minimalnya adalah sama antara lahiriyah dan batin.

Ada 4 definisi dari ikhlas yang bis akita simpulkan darui perkataan ulama diatas adalah : (1). Meniatkan amalan hanya untuk Allah. (2). Tidak mengharap-harap pujian manusia dalam beramal. (3). Kesamaan antara sesuatu yang tampak dan yang tersembunyi .(4). Mengharap balasan dari amalannya di akhirat


Perintah untuk Ikhlas

Setiap amalan sangat tergantung pada niat. Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى

“sesungguhnya amal itu tergantung dari niatnya. Dan setiap orang akan memperoleh apa yang dia niatkan.”

Dan niat itu sangat tergantung pada keikhlasan pada Allah.hal ini didasarkan pada firman Allah Ta’ala,

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus” (QS Al-Bayyinah : 5).

Allah pun mengetahui segala sesuatu yang ada dalan isi hati hamba .

Allah Ta’aala berfirman :

قُلْ إِنْ تُخْفُوا مَا فِي صُدُورِكُمْ أَوْ تُبْدُوهُ يَعْلَمْهُ اللَّهُ ۗ وَيَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ وَاللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Katakanlah: "Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu melahirkannya, pasti Allah mengetahui". Allah mengetahui apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu” (QS. Ali Imran : 29).

Dalam ayat lainnya, Allah memperingatkan dari bahaya riya’. Yang merupakan bagian dari ikhlas. Dalam firman-Nya.

وَلَقَدْ أُوحِىَ إِلَيْكَ وَإِلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ ٱلْخَٰسِرِينَ

“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi”.(QS. Az Zumar :65).

Tanda-tanda orang yang berbuat ikhlas

Meskipun Ikhlas ini hanya Allah dan individu yang mengetahui, akan tetapi ikhlas sebenarnya memiliki penguat dan tanda-tanda yang tampak dari tindak tanduknya orang yang mukhlis. baik dalam pandanganya maupun cakrawala orang lain.

1. Takut Ketenaran

Takut ketenaran dan menyebarnya kemasyhuran atas dirinya, kita harus yakin bahwa penerimaan amal di sisi Allah hanya dengan sembunyi-sembunyi, tidak secara terang-terangan atau diekspos. Ketenaran seseorang telah memenuhi seluruh angkasa, lalu ada niat kurang baik yang masuk ke dalam dirinya, maka inilah yang berbahaya bagi suatu amalan, karena manusia tidak membutuhkan ketenaran sedikitpun di sisi Allah

Ketenaran itu sendiri bukanlah sesuatu yang tercela, karena tidak ada yang lebih tenar dari pada Nabi dan Khulafaur Rasyidin, tetapi yang tercela adalah mencari ketenaran, tahta dan kedudukan, serta sangat ambisi mendapatkannya.

2. Menuduh Diri Sendiri

Orang yang mukhlis senantiasa menuduh diri sendiri sebagai orang yang berlebihan di sisi Allah dan kurang dalam melaksanakan berbagai kewajiban, bahkan senantiasa takut apabila keburukan-keburukannya tidak diampuni oleh Allah. Begitupula takutnya ia akan tertolak amalan-amalanya, takut terhadap ujub dan riya' yang menyusup kedalam hati tanpa disadarinya.

3. Beramal Secara Sembunyi-Sembunyi

Ciri orang ikhlas berikutnya adalah ia lebih mencitai amal yang dilakukan secara diam-diam, dibandingkan yang terang-terangan. Mereka lebih suka menjadi bagian dari suatu jamaah yang tidak terlihat tetapi fungsinya sangat vital, layaknya sebuah akar

4. Tidak Menuntut Pujian, Tidak pula Terkecoh dengan Pujian

Tidak meminta pujian orang-orang yang suka memuji dan tidak berambisi mendapatkanya. Jika ada orang yang memujinya ia tidak terkecoh tentang hakikat dirinya dihadapan orang yang memujinya. karena tidak ada yang lebih tau dirinya kecuali individu itu dan Allah yang Kuasa.

5. Tidak Kikir Pujian Terhadap Orang yang Memang Layak Dipuji

Tidak kikir memberikan pujian terhadap orang lain yang memang layak dipuji. tetapi ada dua bencana yang dapat muncul : Pertama, memberikan pujian dan sanjungan kepada orang yang tidak berhak. kedua kikir memberikan pujian terhadap orang yang layak dipuji.

6. Berbuat Selayaknya dalam Memimpin

Orang yang mukhlis senantiasa akan berbuat selayaknya karena Allah, ketika di barisan terdepan maupun belakang ia akan bertindak sama karena yang terpenting baginya adalah kemaslahatan umat dan keridhaan Allah semata.

7. Mencari Keridhaan Allah, Bukan Keridhaan Manusia

Tidak memperdulikan rida manusia apabila dibalik itu terdapat kemurkaan Allah, sebab setiap manusia mempunyai sikap, rasa, pemikiran, kecenderungan, tujuan dan jalan yang ditempuh. berusaha membuat manusia ridha adalah sesuatu yang tidak bertepi dan tak berujung

8. Menjadikan Keridaan Allah dan Kemarahan karena Allah Semata

Kecintaan dan kemarahan, pemberian dan penahanan, keridhaan dan kemurkaan harus dilakukan karena Allah, sebagaiman Rasululullah yang tidak pernah marah apabila berhubungan dengan beliau tetapi apabila berhubungan dengan Agama Allah, Rasulullah akan marah.

9. Sabar Sepajang Jalan

Perjalanan yang panjang, lambatnya hasil yang diperoleh, kesuksesan yang tertunda tidak mematahkan semangat orang-orang ikhlas, sebab latar belakang perbuatanya bukan sekedar mencari kesuksesan atau kemenangan saja melainkan yang paling pokok adalah tujuannya untuk keridaan Allah semata.

10. Merasa Senang Jika ada yang Bergabung

Merasa senang apabila ada orang yang bergabung dengan jama'ah amal dan kebaikan, tanpa terasa terganggu, terganjal, hasad, dengki serta penyakit hati lainya.

 

Manfaat Ikhlas

Manfaat dan keutamaan ikhlas adalah :    
1. Selamat dari tipu daya setan 
2. Membimbing hati dan penyakit hati

3. Jalan untuk mendapatkan kemenangan di dunia maupun diakhirat

4. Membuat hidup menjadi tenang dan tenteram.

5. Amal ibadah kita akan diterima oleh Allah SWT.

6. Dibukanya pintu ampunan dan dihapuskannya dosa serta dijauhkan dari api neraka.

7. Diangkatnya derajat dan martabat oleh Allah SWT.

8. Do’a kita akan diijabah oleh Allah SWT.

9. Dekat dengan pertolongan Allah SWT.

10. Mendapatkan perlindungan dari Allah SWT.

11. Akan mendapatkan naungan dari Allah SWT di hari kiamat.

12. Allah SWT akan memberi hidayah (petunjuk) sehingga tidak tersesat ke jalan yang salah.

13. Allah akan membangunkan sebuah rumah untuk orang-orang yang ikhlas dalam membangun masjid.

14. Mudah dalam memaafkan kesalahan orang lain

15. Dapat memiliki sifat zuhud (menerima dengan apa adanya yang diberikan oleh Allah SWT).

 
Guru dan Pendidik yang Ikhlas

Menurut Imam Al-Ghazali pendidik yang ikhlas adalah seseorang yang menyempurnakan, membersihkan, mensucikan dan membimbing anak didiknya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Semata-mata untuk mendapatkan ridhonya. Ia menganggap bahwa mengajar merupakan suatu kewajiban bagi orang yang berilmu sekaligus bernilai ibadah kepada Allah, sehingga menjadikan ilmunya bermanfaat dan dapat diterima olah Allah SWT. Oleh sebab itu diharapkan sejak awal mengajar, seorang guru atau pendidik harus mempunyai niat semata-mata untuk mendapatkan ridho Allah SWT dan bertujuan untuk menggugurkan kewajiban sebagai sebagai orang yang berilmu. Adapun ketika niat ini sudah tertanam di dalam hati maka pahala, gaji jabatan dan lain sebagainya akan sendirinya mengikuti guru yang ikhlas tersebut.Imam Al-Ghazali menjelaskan cara untuk menerapkan keikhlasan dalam mengajar. Dalam hal ini imam Al-Ghazali menyatakan bahwa seorang guru harus mengikuti jejak rasulullah SAW. Ia tidak mencari upah, balasan dan juga terima kasih dengan mengajar itu. Tetapi seorang guru mengajar karena Allah dan untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Adapun seorang guru diperbolehkan untuk memandang bahwa dirinya telah berbuat suatu kebaikan yang baik, dengan menanamkan ilmu pengetahuan dan mendidik jiwa para muridnya. Hal ini agar hatinya senantiasa dekat dengan Allah SWT.

 

Dokumentasi Liqo


 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Koneksi Antar Materi Modul 2.2 Pendidikan Guru Penggerak

Koneksi Antar Materi Modul 3.1 PGP

MENCIPTAKAN BUDAYA POSITIF MELALUI PENGUATAN KARAKTER PADA KEGIATAN APERSEPSI DAN KESEPAKATAN KELAS SEBAGAI SELF CONTROL PESERTA DIDIK